A. PENDAHULUAN
Filsafat adalah ilmu global yang berusaha memahami masalah yang muncul dari totalitas pengalaman manusia. Oleh karena itu, manusia membutuhkan filsafat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk permasalahan kehidupan dalam bidang ilmu manajemen. Jawaban pemikiran filosofis bersifat sistematis, holistik, komprehensif dan fundamental. Filosofi pencarian jawaban dilakukan secara ilmiah dan objektif serta menawarkan tanggung jawab berdasarkan akal manusia dan jawaban atas permasalahan manusia dalam bidang ilmu manajemen (Jalaluddin dan Idi, 2007:125).
Menurut Atmaja, Nengah Bawa dan Atmaja, Anantawikrama (2014:139), kita melihat Gambar 1.1 yang menjelaskan tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi yang melandasi kebenaran ilmu pengetahuan dan perkembangannya secara umum.
Gambar 1.1 Ontologi, epistemologi dan aksiologi berdasarkan kebenaran ilmu pengetahuan dan perkembangannya.
Sumber: diadaptasi dari Mustansyir dan Munir (2006) dan Suriasumatri (2001) di Atmadja, Nengah Bawa dan Atmadja, Anantawikrama Tungga (2014)
Gambar 1.1 menjelaskan bahwa hubungan erat antara ontologi, epistemologi dan aksiologi dapat diamati dalam kebenaran dasar dan perkembangan ilmu Suryasumantra di Atmadja, Nengah Bawa dan Atmadja, Anantavikrama Tungga (2014: 139) bahwa setiap jenis pengetahuan ini memiliki tiga sifat, dan ketiganya saling bergantung, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang utuh tentang hakikat ilmu pengetahuan, tidak hanya filosofis dan akademis, tetapi juga praktis. Dan fokus diskusi kita akan menjadi dimensi aksiologi dalam ilmu manajemen.
B. PENGERTIAN TINDAKAN MANAJEMEN
Menurut Noor (2013:83), aksiologi secara etimologis berasal dari kata axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Oleh karena itu, aksiologi adalah teori nilai. Menurut Jujun, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Nilai yang dimaksud adalah nilai di mana orang harus memiliki pendapat yang berbeda tentang apa yang dinilai. Teori nilai, yang dalam filsafat dihubungkan dengan masalah etika dan estetika.
Menurut Muhammad Noor Syam (1986) dalam Jalaluddin (2007: 84), aksiologi adalah bidang yang mempelajari nilai-nilai. Nilai dan Implikasi Aksiologi dalam Ilmu Manajemen adalah pendidikan yang mengkaji dan mengintegrasikan semua nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan, dan nilai kehidupan sosial politik) ke dalam kehidupan manusia. Sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan aksiologi: apa yang baik?
Menurut Kattsoff (1987) dalam Torang (2014: 105), aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat nilai. Aksiologi juga merupakan pedoman penerapan atau penggunaan pengetahuan.
Seperti halnya Brummel dalam Noor (2013:83), membagi aksiologi menjadi tiga bagian. Pertama, perilaku moral, yaitu tindakan moral, dalam bidang ini telah melahirkan disiplin khusus, etika. Kedua, ekspresi estetis, atau ekspresi keindahan. Bidang ini menciptakan keindahan. Ketiga, kehidupan sosial politik, yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Adapun permasalahan aksiologi dalam ilmu manajemen (Noor, 2013:83) adalah:
1. Sifat nilai atau tingkat nilai didukung oleh pemahaman pemenuhan keinginan, kesenangan, kepuasan, minat, kehendak rasional murni, dan persepsi mental yang sempit sebagai penghubung antara hal-hal sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau menuju pencapaian dari hasil nyata. Tentu saja, ketika menyangkut manajemen, itu bermuara pada keinginan untuk kepuasan.
2. Mengenai jenis nilai, dikemukakan bahwa ada nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai konsumen atau sesuatu yang terkait dengan sesuatu seperti bobot harga diri (digunakan untuk kebaikan sendiri). Nilai intrinsik meliputi kebaikan yang terkait dengan moralitas, keindahan, keindahan dan kemurnian. Sementara nilai instrumental adalah nilai, itu adalah nilai tambahan yang memberikan sesuatu nilai intrinsik.
3. Penerapan jenis-jenis nilai pada manajemen berorientasi profesional. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengklasifikasikan manajemen sebagai sebuah profesi. Kriteria untuk mendefinisikan sesuatu sebagai profesi:
sebuah. Para ahli membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip umum.
b. Profesional memperoleh status mereka karena mereka mencapai standar kinerja tertentu di tempat kerja, bukan karena pilih kasih atau karena etnis atau agama mereka.
vs. profesional harus ditentukan oleh kode etik yang ketat dengan disiplin bagi mereka yang menjadi klien mereka.
Kita dapat menyimpulkan bahwa aksiologi adalah sebuah nilai. Nilai yang dimaksud adalah nilai di mana orang harus memiliki pendapat yang berbeda tentang apa yang dinilai. Teori nilai dalam filsafat terkait dengan masalah etika dan estetika. Oleh karena itu, nilai ilmu manajerial bukan hanya nilai seni internal, tetapi juga nilai eksternal sebagai ilmu yang mempelajari dasar tindakan yang mungkin dilakukan dalam praktik dengan mengendalikan pengaruh negatif dan meningkatkan pengaruh positif dalam manajemen.
C. TINDAKAN DALAM ADMINISTRASI PERILAKU MORAL
Perilaku moral, yaitu tindakan moral. Sebuah disiplin khusus telah muncul dari bidang ini, etika. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Dalam etika, kualitas perilaku manusia menjadi inti permasalahan. Ini adalah perilaku yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam dan terhadap Tuhan sebagai Pencipta.
Lebih lanjut Suryasumantri menyatakan bahwa kekuatan ilmu pengetahuan yang besar ini membutuhkan landasan moral yang kokoh dari pihak ilmuwan. Untuk mengartikulasikan aksiologi ilmu, Jujun S Sumantri mengartikulasikannya dalam 4 fase, yaitu:
1. Untuk apa pengetahuan ini?
2. Apa hubungan antara tipologi penggunaan dan aturan moral?
3. Bagaimana objek penelitian ditentukan berdasarkan pilihan moral?
4. Bagaimana teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dikaitkan dengan standar moral/profesional.
Dari rumusan di atas, dapat kita katakan bahwa untuk merasakan nilai kegunaan ilmu ini, segala macam ilmu yang ada harus disesuaikan dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat. dalam upaya mereka untuk meningkatkan kesejahteraan satu sama lain, bukan sebaliknya, menyebabkan bencana. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan standar moralnya menentukan apakah ia seorang ilmuwan yang baik atau tidak.
Dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika atau moral, sains memang sudah dikaitkan dengan masalah moral, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Nilai meliputi sikap manusia terhadap penafsiran baik atau buruk, benar atau salah, diterima atau ditolak. Dengan ini, pria itu menegaskan tingkat kegunaan objek yang dievaluasi. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dan moralitas sangat berhubungan. Ilmu bisa menjadi bencana bagi umat manusia jika orang yang menggunakannya "tidak bermoral" atau mengabaikan nilai-nilai moral yang ada. Di sisi lain, pengetahuan merupakan anugerah bagi kehidupan manusia jika digunakan dengan benar dan tepat, tentunya dengan tetap memperhatikan aspek moral. Berbicara tentang moralitas berarti berbicara tentang masalah etika atau moral, ilmu yang mempelajari tentang aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia agar menjadi baik. Karena moralitas biasanya diukur dengan memperlakukan seseorang seperti penjahat, maka bisa juga ada perbedaan penafsiran.
D. AKSIOLOGI DALAM PENGELOLAAN EKSPRESI ESTETIS
Definisi estetika
Estetika berasal dari kata Yunani aesthesis, yang berarti pengamatan. Semiawan (2005:159) menjelaskan estetika sebagai ilmu yang mempelajari hakikat keindahan dalam seni rupa, yang mempelajari hakikat keindahan dalam seni rupa. Estetika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat keindahan dan kejahatan. Estetika membantu membuat eksperimen ilmiah diterima dengan baik, sehingga mudah dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan pembentukan mode estetika pengalaman ilmiah (Susanto 2011: 119).
Estetika dapat dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala dari pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatif mencari dasar dari pengalaman itu. Orang mungkin bertanya, misalnya, apakah kecantikan pada akhirnya adalah sesuatu yang objektif (terletak dalam gambar) atau subjektif (terletak di mata manusia itu sendiri).
Perbedaan lain antara estetika adalah estetika filosofis dan estetika ilmiah. Perbedaan ini memanifestasikan dirinya dalam beberapa tujuan. Estetika filosofis adalah estetika yang memiliki pandangan filosofis tentang tujuannya dan sering disebut sebagai estetika tradisional. Filsafat estetika disebut estetika analitik karena hanya berurusan dengan pembubaran. Sedangkan estetika ilmiah adalah estetika yang mengkaji estetika dengan menggunakan metode ilmiah, yang bukan lagi merupakan cabang filsafat (The Liang Gie dalam Surajiyo 2014:101).
definisi cantik
Secara etimologis kecantikan berasal dari bahasa latin bellum yang berarti kebaikan. Kecantikan dapat bervariasi dalam ruang lingkup sebagai properti abstrak (keindahan) dan sebagai objek indah yang konkret (keindahan).
Ketika estetika dirumuskan sebagai cabang filsafat yang membahas tentang teori kecantikan, maka definisi kecantikan menyuruh orang untuk memahami apa itu kecantikan, sedangkan teori kecantikan menjelaskan apa itu kecantikan. Masalah utama dalam teori keindahan menyangkut hakikat keindahan, apakah keindahan itu sesuatu yang ada pada objek-objek indah atau hanya dalam pikiran yang melihatnya.
apa itu kecantikan Pada dasarnya, kecantikan adalah seperangkat beberapa kualitas dasar yang melekat pada sesuatu. Kualitas yang paling sering dikutip adalah: kesatuan, harmoni, simetri, keseimbangan, daya tahan (The Liang Gie dalam Surajiyo 2014: 103).
Pemahaman lain tentang keindahan dijelaskan oleh Herbert Read, Thomas Aquinas dan para sofis Athena. Herbert Read memberikan pemahaman tentang keindahan sebagai kesatuan dari banyak hubungan bentuk yang diperoleh indra. Thomas Aquinas pernah berkata bahwa kecantikan adalah sesuatu yang menyenangkan. Kaum Sofis Athena menggambarkan keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat atau didengar. Dalam estetika modern kita lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetika karena keduanya merupakan fenomena konkret yang dapat dipelajari melalui pengamatan empiris dan analisis sistematis.
Beberapa teori tentang kecantikan:
1. Teori subyektif dan obyektif
sebuah. Teori objektif menyatakan bahwa sifat-sifat yang menciptakan nilai estetika adalah kualitas (kualitas) yang dikaitkan dengan objek indah yang bersangkutan, terlepas dari siapa yang melihatnya. Mengamati seseorang mengungkapkan atau mengungkapkan hanya kualitas indah yang sudah ada di objek dan tidak ada hubungannya dengan modifikasinya. Tantangannya adalah mengetahui kualitas spesifik apa yang membuat suatu objek indah atau bernilai estetis. Salah satu jawabannya adalah keseimbangan antara bagian-bagian dari suatu objek yang dianggap indah.
b. Teori subjektif menyatakan bahwa kualitas yang membuat suatu objek menjadi indah sebenarnya tidak ada, tetapi hanya merupakan respon terhadap perasaan orang yang melihat objek tersebut. Eksistensi keindahan semata-mata bergantung pada pencerahan yang melihatnya. Bahkan jika nilai estetika dikaitkan dengan suatu objek, ini dapat diartikan sebagai makna bahwa pemirsa menerima pengalaman estetika sebagai tanggapan terhadap objek tersebut.
Terhadap teori campuran, dikatakan bahwa keindahan berada dalam hubungan antara objek dan pikiran pemirsa, serta dalam bentuk kesenangan atau evaluasi objek. Oleh karena itu, objek tersebut memiliki kualitas tertentu dan kualitas ini muncul melalui iluminasi dalam pikiran, sehingga menimbulkan rasa sayang atau penghargaan terhadap objek tersebut (The Liang Gie, dalam Surajiyo 2014:104).
2. Teori keseimbangan
Teori Kecantikan Seimbang Uladzilov Tatarkevich disebut Teori Kecantikan Agung. The great theory of beauty menjelaskan bahwa keindahan terdiri dari keseimbangan bagian-bagian, atau lebih tepatnya dalam ukuran, kesetaraan dan jumlah bagian dan hubungannya satu sama lain. Misalnya, arsitektur Yunani, di mana keindahan atap tergantung pada ukuran, jumlah, dan posisi tiang penyangga atap. Pilar-pilar tersebut memiliki keseimbangan tertentu yang sesuai dengan dimensinya yang berbeda (The Liang Gie, dalam Surajiyo 2014: 105).
3. Teori bentuk estetika
Menurut Monroe Beardsley, ia menjelaskan adanya tiga ciri yang menjadi ciri-ciri objek estetis "berbuat baik (beautiful)" secara umum. Ketiga ciri tersebut adalah:
sebuah. satuan (satuan)
Artinya objek estetis tersusun dengan baik atau terbentuk sempurna.
b. kompleksitas
Objek estetika atau karya seni memiliki konten dan elemen yang kontras dan mengandung perbedaan yang halus.
vs. gravitasi (intensitas)
Barang kosmetik yang baik harus memiliki kualitas tertentu yang menonjol, bukan hanya sesuatu yang kosong. Kualitas tidak peduli apa yang dikandungnya (seperti suasana gelap atau ceria, karakter lembut atau kasar) selama itu menjadi sesuatu yang intens atau serius (The Liang gie, Surajiyo 2014: 106).
Penerapan konsep estetika dalam manajemen
Filosofi kepemimpinan mengandung pandangan hidup yang mendasar yang mencerminkan keberadaan, identitas dan implikasinya untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kepemimpinan. Pencapaian suatu tujuan memerlukan beberapa faktor pendukung, sehingga merupakan kombinasi terpadu yang melibatkan kepentingan individu dan publik. Artinya ada keseimbangan antara faktor-faktor yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi untuk hasil yang maksimal.
Mary Parker Follett berpendapat bahwa manajemen adalah bentuk seni untuk membuat orang lain melakukan pekerjaan. Definisi Mary Parker Follett mengakui bahwa manajer dapat mencapai tujuan organisasi dengan meyakinkan orang lain untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, daripada melakukan pekerjaan itu sendiri. Oleh karena itu, estetika atau seni diterapkan dalam proses pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen di perusahaan (perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan pengendalian). Apalagi di Bali, sebagai daerah wisata yang terkenal, aspek estetika jelas sangat penting. Misalnya, mengerjakan proyek bisnis.
Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen tersebut meliputi:
sebuah. Ketika arsitek berencana untuk membangun gedung pencakar langit kantor, penting pada tahap desain aspek mana yang sesuai dengan tujuannya, bagaimana situasi lingkungan, apakah merusak keindahan atau bahkan merusak lingkungan. Yang diketahui hanyalah bahwa estetika desain harus didasarkan pada strategi bisnis perusahaan dan pertimbangan lingkungan.
b. Fase organisasi (Organization), pada fase ini terjadi komunikasi antara manajer dan manajer dengan bawahannya. Ketika terjadi interaksi, manajer harus memperlakukan bawahannya secara manusiawi. Misalnya, seorang manajer menyapa karyawan dengan hangat untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis dan menyenangkan. Manajer juga ingin mendengar pandangan bawahan mereka dan menanggapinya secara positif.
Berkenaan dengan fase aktivasi (implementasi), ketika sebuah perusahaan ingin memperoleh keunggulan bersaing, salah satu unsur yang ingin dicapai adalah loyalitas pelanggan. Untuk alasan ini, perusahaan harus dapat menawarkan produk dan layanan dengan kualitas yang lebih baik kepada konsumen. Dalam hal pengembangan nilai, jembatan emosional sedang dibangun antara perusahaan dan konsumen. Bentuk bertanggung jawab atas kualitas, estetika tinggi, layanan yang ramah dan cepat, dan konsumen selalu diperlakukan dengan kepercayaan dan kenyamanan. Sebagai imbalannya, konsumen akan membeli kembali produk perusahaan secara wajar.
D. Tahap pengendalian (supervisi), dimana pengawasan merupakan tindakan manajer untuk mengevaluasi dan mengendalikan kemajuan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan pengawasan adalah untuk memperbaiki kesalahan, pelanggaran, pelanggaran dan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan rencana. Misalnya, jika ada bawahan yang melakukan kesalahan, manajer menegurnya dengan baik, tanpa emosi dan dengan kemanusiaan. Agar bawahan tidak mengalami ketakutan dan depresi sehingga dapat memperbaiki kesalahannya.
E. TINDAKAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN POLITIK
Sosial dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti ilmu relatif atau tentang masyarakat. Sedangkan politik adalah ilmu tentang pengelolaan negara sebagai sistem pengelolaan dan dasar pengelolaannya. Politik selalu menjadi tujuan masyarakat secara keseluruhan, bukan tujuan individu. Oleh karena itu, aspek aksiologis kehidupan sosial politik merupakan aturan nilai yang harus diperhatikan dalam penerapan praktis ilmu sosial politik. Dalam ilmu yang berkembang secara bertahap, pertukaran informasi antar manusia selalu merupakan permainan toleransi (Susanto, 2016: 118). Hal ini berlaku untuk ilmu eksakta, juga untuk bahasa, untuk ilmu sosial, untuk agama atau untuk politik, bahkan untuk pemikiran apa pun yang bisa menjadi dogma.
Jujun Suryasumantri dalam Syamsir Torang (2014) berpendapat bahwa ilmu harus digunakan, digunakan dan diterapkan untuk kemaslahatan umat. Ilmu pengetahuan juga dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan tetap menghormati alam dan martabat manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dikembangkan untuk kemaslahatan umat harus digunakan atau diterapkan secara kolektif dan universal. амунальны азначае а аснасць, а ерсальны азначае, о е ае анахальнага ,ідык
алітычныя е авукі
- авука алітыка адтрымліваюць адна адну. авука - , а алітычная ада - артаўнік. о еабгрунтаванае, асуджана а агібель, а ое, о е ахоўваецца, асуджана а агібель. акім ам, алітычная ада 'яўляецца ентам абароны, азвіцця алізацыаі еда. (Syamsir Torang, 2014: 109). адамі аксіялогіі амадска-палітычным 'яўляюцца:
1. осіны абавязкі авукоўцаў (Латыф ар, 2014)
Навука - ээта паца вчонага, якая, к а яна адministra Таму навукоўцы нясуць вялікую адказнасць не толькі таму, што яны з'яўляюцца грамадзянамі супольнасці, але і таму, што яны нясуць адказнасць за вынікі сваіх даследаванняў, каб супольнасць не выкарыстоўвала іх не па прызначэнні . акім ам, оны, аважаны алавек, авінен ець аім аналізам айсці ашэнне абл. авукоўцы амадскі абавязак аць амадскасці авільныя ерспектывы, , обрыя , аб ожна о айсці аб'ектыўнае ашэнне. еравагі онага ага ажлівага азважання одзяць о а ацыяльнай адсяць.
" Яны не дазволяць выкарыстоўваць вынікі сваіх даследаванняў і адкрыццяў для прыгнёту іншых народаў, нават калі гэта будзе выкарыстоўвацца іх уласным народам. Гісторыя зафіксавала, што навукоўцы паўставалі і выступалі супраць палітыкі і кіруючых урадаў, якія, на іх думку, парушылі прынцыпы чалавечнасці. Веды - ээта сè, якой можна зло жыжыц, таму навуко цы гè Прымяненне ведаў, атрыманых навукоўцамі, у форме тэхналогіі або тэорыі эмансіпацыі і г.д., павінна ўлічваць чалавечыя каштоўнасці, рэлігійныя каштоўнасці, звычаевыя каштоўнасці і г.д.
апрыклад: оля авукоўцаў ашэнні алагічных ацыякультурных аблем амадстве
енат ерсітэта аяна астанавіў, о емагчыма ацягваць ан анструкцыіі аліва еноа. а адбылося асля аго, а агляду Unud авяла агляд асля агляду аў аследавання ад аследчыкаў а аследаванняў аўнай (LPPM Unud). а овах . а аquisiti анцлера а, аект аны еы e 9 9 9 9 9 9 . (www.antarabali.com). ак аў адыход алагічнага а 10 апада а адмовы ад апановы аргананзатарараў анадекадекедекедекедекед
2. акрат
а ачэнні, акрат - а а, ая ае ад аім антролем авыкі, аснаваныя а авуковых ах, адначасова еаа . , ацца анезійскімі акратамі, аюць: оэдзіёна, ахлана ана, аны . од акратаў е адвойная , а енавіта:
saya)
ii) актыкі, акраты азглядаюць авуку аваную ейнасць ення еяння аалізу актаў ай апановы ашэнняў, алі а еабходн.
3. анкасіла аснова оліса
амадскім озныя алітычныя огляды. адатковая алітыка, ародная алітыка, ацыянальная алітыка, овая алітыка . "Таму ажна азумець аштоўнасці, алітычнымі аводзінамі.
Па fornitore аыыые стэээч р о ў ў ыыыычасц лагаль пых пр пк.. Эрыка і Дэва (2014) сцвярджаюць, што развіццё характару легальных прадуктаў, поўных нацыянальных каштоўнасцей асобы, заснаваных на панкасіле, з'яўляецца адной з характарыстык, якія можна вылучыць як незалежную асабістую асць ерай орцу авагай а алавечых аштоўнасцей. - Такім чынам, юрыдычныя працэдуры павінны ўключаць прававое развіццё ў форме рэформаў законаў і правілаў, прасоўвання дзяржаўнага апарату і грамадства, а таксама законаў структурных, культурных і асноўных, а таксама гарантыі павагі і павагі да правоў чалавека для кожнага грамадзяніна, як сказана ў Канстытуцыі.
F
аводле Susanto (2011) е «Філасофія авукі», Latif M (2014:231) ажа, о е асноўныя атэгорыі аксіялогіі: а-першае, аб'ектывізм, а енавіта ацэнка ану аанага. semua. а-другое, 'ектывізм, 'яўляецца ацэнкай агосьці, о ацэньвае емент аыіі (). а о а атырох адыходаў, а енавіта ай орыі аштоўнасці, орыі ацыянальнай аштоўнасці, авуковай орыі аштотэасці . Тэорыя інтуітыўнай каштоўнасці і тэорыя рацыянальнай каштоўнасці заснаваныя на падыходзе аб'ектыўнасці, у той час як тэорыя натуральнай каштоўнасці і тэорыя эмацыйнай каштоўнасці заснаваны на падыходзе суб'ектыўнасці (Latif M, 2014: 231).
ke. ая орыя аштоўнасці
одна ай орыяй, ельмі а, алі е емагчыма, ачыць абсалютны абор ашцеўн. о е абсалютны анон аштоўнасцяў аб'ектыўным арадку. аштоўнасці аходзяць , аму о е андартны аральны арадак. аюць, о аштоўнасць е абор аб'ектаў або авана адносіны аміж аб'ектамі о апраўдн аштоўнасцалан о алавек е едамляе аштоўнасці аз ацэс, абавязаны аць ае альныя або амадскія аводзіны адпававасці
. ацыянальная орыя ошту
одна ай орыяй, е ерце аб'ектыўныя а езалежныя ад алавека аштоўнасці, алі аштоўнасці 'яўляюцца а алаве. ой акт, о осьці обіць ешта авільна, алі а ведае, о а авільна, апрыкльна. B. ой акт, о олькі або айныя обяць о-небудзь аць ожай олі абнея. ак озумам або оляй ога, абсалютна аб'ектыўнымі аштоўнасцямі, авінвоны апаці ..
аць атуральнай орыі аштоўнасці (натуралістычная орыя аштоўнасці)
оодна ай орыы, ашшшш араецц аз атрэбам адад ida, аыы. аштоўнасці - а ацыяльныя адукты, алавечыя артэфакты, араюцца, арыстоўваюцца авяраюцца асобнымі амадствам авання аводзінав. - аштоўнасці осяць 'ектыўны арактар, алежаць ад ану алавека.
D. ацыйная орыя аштоўнасці
Калі тры папярэднія школы вызначаюць паняцце каштоўнасці з яе кагнітыўным статусам, то гэтая тэорыя мяркуе, што маральна-этычныя паняцці не з'яўляюцца фактычнымі рашэннямі, а толькі выразам эмоцый і паводзін. Каштоўнасць - гэта не што іншае, як меркаванне, якое немагчыма праверыць, хоць і прызнаецца, што даследаванні з'яўляюцца важнай часткай чалавечай дзейнасці.
У Энцыклапедыі філасофіі Explained аксіялогія прыраўноўваецца да каштоўнасці і ацэнкі. Ёсць тры формы значэння і ацэнкі (Прыказкі B, 2004:164).
а. Значэнне выкарыстоўваецца як абстрактнае імя. У больш вузкім сэнсе як добры, цікавы і добры. Аднак у больш шырокім сэнсе яно ахоплівае ўсе формы абавязку, праўды і святасці. Выкарыстанне больш шырокага значэння ахоплівае разнастайную крытыку або прэдыкатывы за і супраць у адрозненне ад чагосьці іншага і адрознага ад фактаў. Тэорыя каштоўнасцяў або аксіялогія з'яўляецца часткай этыкі. Люіс згадвае каштоўнасць як інструмент для дасягнення некалькіх мэтаў, такіх як: напрыклад, інструментальнае значэнне, добрае або нешта цікавае, напрыклад, B. неад'емная каштоўнасць або дабро, напр. Б. эстэтыка мастацкага твора, ж. Б. унутраная каштоўнасць або дабро само па сабе, або як спрыяльная каштоўнасць або каштоўнасць, якая з'яўляецца спрыяльным вопытам.
б. Значэнне як канкрэтная назва. Напрыклад, калі мы гаворым пра каштоўнасці, гэта часта выкарыстоўваецца для абазначэння чагосьці каштоўнага. Затым ён выкарыстоўваецца для таго, што мае каштоўнасць, у адрозненне ад таго, што не лічыцца добрым.
супраць La valeur est également utilisée comme verbe dans les expressions évaluer, évaluer et évaluer. Juger est généralement synonyme d'evaluation lorsqu'il est activement utilisé pour Juger des actions. Дьюі адрознівае propos de Juger, il signifie apprécier et évaluer.
Selon Budidarjo (2011) у Syamsir Torang (2014:112) les organizational values doivent être socialisées et cultivées afin qu'elles soient facilement acceptées par ses membres. An organization de qualité doit avoir sept valeurs, à savoir l'intégrité, le professionnalisme, l'orientation client, l'innovation, l'apprentissage, le travail d'équipe et l'excellence du service. Budidarjo dans Syamsir Torang (2014 : 111-114) déclare qu'il existe huit valeurs centrales de la culture organisationnelle, notamment :
1. Clients
L'organisation est orientée vers les valeurs de satisfaction client, d'orientation client, d'orientation client, de valeur client et d'empathie pour les clients.
2. Service et qualité
Les services fournis par l'organisation sont orientés vers des valeurs : sens du service orienté service, service d'excellence et de qualité.
3. Orientation de groupe
Les groupes dans les organisations ne peuvent être ignorés, c'est pourquoi les organisations doivent être orientées vers les valeurs de groupe : travail d'équipe, axé sur les personnes, respect des autres, coopération et collaboration.
4. Orientation humaine
Les organisations doivent également porter attention à leurs ressources humaines qui sont orientées vers des valeurs : engagement pour le développement humain, bienveillance, développement des employés, humanisme, responsabilisation et développement des personnes.
5. Innovant
Les valeurs innovantes qui doivent appartenir à l'organisation sont : l'amélioration continue, la créativité, la poursuite continue de l'excellence, la connaissance, l'intégrité technobasique, l'esprit de champion et la compétitivité.
6. Stratégique
Le succès de l'organisation est largement déterminé par les stratégies utilisées pour atteindre ses objectifs. Les valeurs stratégiques que doit posséder l'organisation sont : alliance stratégique, bon leadership, apprentissage continu, réseautage, professionnalisme, axé sur la performance, excellent professionnel, gagner ensemble, visionnaire et classe mondiale.
7. Réalisations
L'accomplissement est l'espoir de l'organisation, donc les valeurs d'accomplissement qui doivent appartenir à l'organisation sont : réalisation, adaptes, agilité, bienveillance, personnes compétentes, confiance, dévouement, discipline, travailleur, fiable, initiative, ouverture, persévérance, responsable, viser l'excellence et la synergie.
8. Morale ou éthique
Nilai – nilai moral atau etika merupakan nilai yang sangat signifikan yang harus dimiliki organisasi, antara lain: etical, good attitude, fairness, honesty, humanism, peace of main, social responsibility, trust dan equality.
Dalam fungsi – fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling, seluruh bentuk nilai sangat bermanfaat untuk setiap keputusan yang akan dibuat dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dalam kaitannya dengan manajemen, bagamaimana seorang manajer merencanakan suatu kegiatan kemudian pengorganisasian rencana – rencana tersebut, mengimplementasikan rencana dan yang terakhir melakukan pengawasan sehingga serangkaian fungsi manajemen tersebut dapat memberi nilai pada perusahaan.
Filsafat adalah ilmu global yang berusaha memahami masalah yang muncul dari totalitas pengalaman manusia. Oleh karena itu, manusia membutuhkan filsafat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk permasalahan kehidupan dalam bidang ilmu manajemen. Jawaban pemikiran filosofis bersifat sistematis, holistik, komprehensif dan fundamental. Filosofi pencarian jawaban dilakukan secara ilmiah dan objektif serta menawarkan tanggung jawab berdasarkan akal manusia dan jawaban atas permasalahan manusia dalam bidang ilmu manajemen (Jalaluddin dan Idi, 2007:125).
Menurut Atmaja, Nengah Bawa dan Atmaja, Anantawikrama (2014:139), kita melihat Gambar 1.1 yang menjelaskan tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi yang melandasi kebenaran ilmu pengetahuan dan perkembangannya secara umum.
Gambar 1.1 Ontologi, epistemologi dan aksiologi berdasarkan kebenaran ilmu pengetahuan dan perkembangannya.
Sumber: diadaptasi dari Mustansyir dan Munir (2006) dan Suriasumatri (2001) di Atmadja, Nengah Bawa dan Atmadja, Anantawikrama Tungga (2014)
Gambar 1.1 menjelaskan bahwa hubungan erat antara ontologi, epistemologi dan aksiologi dapat diamati dalam kebenaran dasar dan perkembangan ilmu Suryasumantra di Atmadja, Nengah Bawa dan Atmadja, Anantavikrama Tungga (2014: 139) bahwa setiap jenis pengetahuan ini memiliki tiga sifat, dan ketiganya saling bergantung, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang utuh tentang hakikat ilmu pengetahuan, tidak hanya filosofis dan akademis, tetapi juga praktis. Dan fokus diskusi kita akan menjadi dimensi aksiologi dalam ilmu manajemen.
B. PENGERTIAN TINDAKAN MANAJEMEN
Menurut Noor (2013:83), aksiologi secara etimologis berasal dari kata axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Oleh karena itu, aksiologi adalah teori nilai. Menurut Jujun, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Nilai yang dimaksud adalah nilai di mana orang harus memiliki pendapat yang berbeda tentang apa yang dinilai. Teori nilai, yang dalam filsafat dihubungkan dengan masalah etika dan estetika.
Menurut Muhammad Noor Syam (1986) dalam Jalaluddin (2007: 84), aksiologi adalah bidang yang mempelajari nilai-nilai. Nilai dan Implikasi Aksiologi dalam Ilmu Manajemen adalah pendidikan yang mengkaji dan mengintegrasikan semua nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan, dan nilai kehidupan sosial politik) ke dalam kehidupan manusia. Sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan aksiologi: apa yang baik?
Menurut Kattsoff (1987) dalam Torang (2014: 105), aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat nilai. Aksiologi juga merupakan pedoman penerapan atau penggunaan pengetahuan.
Seperti halnya Brummel dalam Noor (2013:83), membagi aksiologi menjadi tiga bagian. Pertama, perilaku moral, yaitu tindakan moral, dalam bidang ini telah melahirkan disiplin khusus, etika. Kedua, ekspresi estetis, atau ekspresi keindahan. Bidang ini menciptakan keindahan. Ketiga, kehidupan sosial politik, yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Adapun permasalahan aksiologi dalam ilmu manajemen (Noor, 2013:83) adalah:
1. Sifat nilai atau tingkat nilai didukung oleh pemahaman pemenuhan keinginan, kesenangan, kepuasan, minat, kehendak rasional murni, dan persepsi mental yang sempit sebagai penghubung antara hal-hal sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau menuju pencapaian dari hasil nyata. Tentu saja, ketika menyangkut manajemen, itu bermuara pada keinginan untuk kepuasan.
2. Mengenai jenis nilai, dikemukakan bahwa ada nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai konsumen atau sesuatu yang terkait dengan sesuatu seperti bobot harga diri (digunakan untuk kebaikan sendiri). Nilai intrinsik meliputi kebaikan yang terkait dengan moralitas, keindahan, keindahan dan kemurnian. Sementara nilai instrumental adalah nilai, itu adalah nilai tambahan yang memberikan sesuatu nilai intrinsik.
3. Penerapan jenis-jenis nilai pada manajemen berorientasi profesional. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengklasifikasikan manajemen sebagai sebuah profesi. Kriteria untuk mendefinisikan sesuatu sebagai profesi:
sebuah. Para ahli membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip umum.
b. Profesional memperoleh status mereka karena mereka mencapai standar kinerja tertentu di tempat kerja, bukan karena pilih kasih atau karena etnis atau agama mereka.
vs. profesional harus ditentukan oleh kode etik yang ketat dengan disiplin bagi mereka yang menjadi klien mereka.
Kita dapat menyimpulkan bahwa aksiologi adalah sebuah nilai. Nilai yang dimaksud adalah nilai di mana orang harus memiliki pendapat yang berbeda tentang apa yang dinilai. Teori nilai dalam filsafat terkait dengan masalah etika dan estetika. Oleh karena itu, nilai ilmu manajerial bukan hanya nilai seni internal, tetapi juga nilai eksternal sebagai ilmu yang mempelajari dasar tindakan yang mungkin dilakukan dalam praktik dengan mengendalikan pengaruh negatif dan meningkatkan pengaruh positif dalam manajemen.
C. TINDAKAN DALAM ADMINISTRASI PERILAKU MORAL
Perilaku moral, yaitu tindakan moral. Sebuah disiplin khusus telah muncul dari bidang ini, etika. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Dalam etika, kualitas perilaku manusia menjadi inti permasalahan. Ini adalah perilaku yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam dan terhadap Tuhan sebagai Pencipta.
Lebih lanjut Suryasumantri menyatakan bahwa kekuatan ilmu pengetahuan yang besar ini membutuhkan landasan moral yang kokoh dari pihak ilmuwan. Untuk mengartikulasikan aksiologi ilmu, Jujun S Sumantri mengartikulasikannya dalam 4 fase, yaitu:
1. Untuk apa pengetahuan ini?
2. Apa hubungan antara tipologi penggunaan dan aturan moral?
3. Bagaimana objek penelitian ditentukan berdasarkan pilihan moral?
4. Bagaimana teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dikaitkan dengan standar moral/profesional.
Dari rumusan di atas, dapat kita katakan bahwa untuk merasakan nilai kegunaan ilmu ini, segala macam ilmu yang ada harus disesuaikan dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat. dalam upaya mereka untuk meningkatkan kesejahteraan satu sama lain, bukan sebaliknya, menyebabkan bencana. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan standar moralnya menentukan apakah ia seorang ilmuwan yang baik atau tidak.
Dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika atau moral, sains memang sudah dikaitkan dengan masalah moral, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Nilai meliputi sikap manusia terhadap penafsiran baik atau buruk, benar atau salah, diterima atau ditolak. Dengan ini, pria itu menegaskan tingkat kegunaan objek yang dievaluasi. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dan moralitas sangat berhubungan. Ilmu bisa menjadi bencana bagi umat manusia jika orang yang menggunakannya "tidak bermoral" atau mengabaikan nilai-nilai moral yang ada. Di sisi lain, pengetahuan merupakan anugerah bagi kehidupan manusia jika digunakan dengan benar dan tepat, tentunya dengan tetap memperhatikan aspek moral. Berbicara tentang moralitas berarti berbicara tentang masalah etika atau moral, ilmu yang mempelajari tentang aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia agar menjadi baik. Karena moralitas biasanya diukur dengan memperlakukan seseorang seperti penjahat, maka bisa juga ada perbedaan penafsiran.
D. AKSIOLOGI DALAM PENGELOLAAN EKSPRESI ESTETIS
Definisi estetika
Estetika berasal dari kata Yunani aesthesis, yang berarti pengamatan. Semiawan (2005:159) menjelaskan estetika sebagai ilmu yang mempelajari hakikat keindahan dalam seni rupa, yang mempelajari hakikat keindahan dalam seni rupa. Estetika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat keindahan dan kejahatan. Estetika membantu membuat eksperimen ilmiah diterima dengan baik, sehingga mudah dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan pembentukan mode estetika pengalaman ilmiah (Susanto 2011: 119).
Estetika dapat dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala dari pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatif mencari dasar dari pengalaman itu. Orang mungkin bertanya, misalnya, apakah kecantikan pada akhirnya adalah sesuatu yang objektif (terletak dalam gambar) atau subjektif (terletak di mata manusia itu sendiri).
Perbedaan lain antara estetika adalah estetika filosofis dan estetika ilmiah. Perbedaan ini memanifestasikan dirinya dalam beberapa tujuan. Estetika filosofis adalah estetika yang memiliki pandangan filosofis tentang tujuannya dan sering disebut sebagai estetika tradisional. Filsafat estetika disebut estetika analitik karena hanya berurusan dengan pembubaran. Sedangkan estetika ilmiah adalah estetika yang mengkaji estetika dengan menggunakan metode ilmiah, yang bukan lagi merupakan cabang filsafat (The Liang Gie dalam Surajiyo 2014:101).
definisi cantik
Secara etimologis kecantikan berasal dari bahasa latin bellum yang berarti kebaikan. Kecantikan dapat bervariasi dalam ruang lingkup sebagai properti abstrak (keindahan) dan sebagai objek indah yang konkret (keindahan).
Ketika estetika dirumuskan sebagai cabang filsafat yang membahas tentang teori kecantikan, maka definisi kecantikan menyuruh orang untuk memahami apa itu kecantikan, sedangkan teori kecantikan menjelaskan apa itu kecantikan. Masalah utama dalam teori keindahan menyangkut hakikat keindahan, apakah keindahan itu sesuatu yang ada pada objek-objek indah atau hanya dalam pikiran yang melihatnya.
apa itu kecantikan Pada dasarnya, kecantikan adalah seperangkat beberapa kualitas dasar yang melekat pada sesuatu. Kualitas yang paling sering dikutip adalah: kesatuan, harmoni, simetri, keseimbangan, daya tahan (The Liang Gie dalam Surajiyo 2014: 103).
Pemahaman lain tentang keindahan dijelaskan oleh Herbert Read, Thomas Aquinas dan para sofis Athena. Herbert Read memberikan pemahaman tentang keindahan sebagai kesatuan dari banyak hubungan bentuk yang diperoleh indra. Thomas Aquinas pernah berkata bahwa kecantikan adalah sesuatu yang menyenangkan. Kaum Sofis Athena menggambarkan keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat atau didengar. Dalam estetika modern kita lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetika karena keduanya merupakan fenomena konkret yang dapat dipelajari melalui pengamatan empiris dan analisis sistematis.
Beberapa teori tentang kecantikan:
1. Teori subyektif dan obyektif
sebuah. Teori objektif menyatakan bahwa sifat-sifat yang menciptakan nilai estetika adalah kualitas (kualitas) yang dikaitkan dengan objek indah yang bersangkutan, terlepas dari siapa yang melihatnya. Mengamati seseorang mengungkapkan atau mengungkapkan hanya kualitas indah yang sudah ada di objek dan tidak ada hubungannya dengan modifikasinya. Tantangannya adalah mengetahui kualitas spesifik apa yang membuat suatu objek indah atau bernilai estetis. Salah satu jawabannya adalah keseimbangan antara bagian-bagian dari suatu objek yang dianggap indah.
b. Teori subjektif menyatakan bahwa kualitas yang membuat suatu objek menjadi indah sebenarnya tidak ada, tetapi hanya merupakan respon terhadap perasaan orang yang melihat objek tersebut. Eksistensi keindahan semata-mata bergantung pada pencerahan yang melihatnya. Bahkan jika nilai estetika dikaitkan dengan suatu objek, ini dapat diartikan sebagai makna bahwa pemirsa menerima pengalaman estetika sebagai tanggapan terhadap objek tersebut.
Terhadap teori campuran, dikatakan bahwa keindahan berada dalam hubungan antara objek dan pikiran pemirsa, serta dalam bentuk kesenangan atau evaluasi objek. Oleh karena itu, objek tersebut memiliki kualitas tertentu dan kualitas ini muncul melalui iluminasi dalam pikiran, sehingga menimbulkan rasa sayang atau penghargaan terhadap objek tersebut (The Liang Gie, dalam Surajiyo 2014:104).
2. Teori keseimbangan
Teori Kecantikan Seimbang Uladzilov Tatarkevich disebut Teori Kecantikan Agung. The great theory of beauty menjelaskan bahwa keindahan terdiri dari keseimbangan bagian-bagian, atau lebih tepatnya dalam ukuran, kesetaraan dan jumlah bagian dan hubungannya satu sama lain. Misalnya, arsitektur Yunani, di mana keindahan atap tergantung pada ukuran, jumlah, dan posisi tiang penyangga atap. Pilar-pilar tersebut memiliki keseimbangan tertentu yang sesuai dengan dimensinya yang berbeda (The Liang Gie, dalam Surajiyo 2014: 105).
3. Teori bentuk estetika
Menurut Monroe Beardsley, ia menjelaskan adanya tiga ciri yang menjadi ciri-ciri objek estetis "berbuat baik (beautiful)" secara umum. Ketiga ciri tersebut adalah:
sebuah. satuan (satuan)
Artinya objek estetis tersusun dengan baik atau terbentuk sempurna.
b. kompleksitas
Objek estetika atau karya seni memiliki konten dan elemen yang kontras dan mengandung perbedaan yang halus.
vs. gravitasi (intensitas)
Barang kosmetik yang baik harus memiliki kualitas tertentu yang menonjol, bukan hanya sesuatu yang kosong. Kualitas tidak peduli apa yang dikandungnya (seperti suasana gelap atau ceria, karakter lembut atau kasar) selama itu menjadi sesuatu yang intens atau serius (The Liang gie, Surajiyo 2014: 106).
Penerapan konsep estetika dalam manajemen
Filosofi kepemimpinan mengandung pandangan hidup yang mendasar yang mencerminkan keberadaan, identitas dan implikasinya untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kepemimpinan. Pencapaian suatu tujuan memerlukan beberapa faktor pendukung, sehingga merupakan kombinasi terpadu yang melibatkan kepentingan individu dan publik. Artinya ada keseimbangan antara faktor-faktor yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi untuk hasil yang maksimal.
Mary Parker Follett berpendapat bahwa manajemen adalah bentuk seni untuk membuat orang lain melakukan pekerjaan. Definisi Mary Parker Follett mengakui bahwa manajer dapat mencapai tujuan organisasi dengan meyakinkan orang lain untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, daripada melakukan pekerjaan itu sendiri. Oleh karena itu, estetika atau seni diterapkan dalam proses pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen di perusahaan (perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan pengendalian). Apalagi di Bali, sebagai daerah wisata yang terkenal, aspek estetika jelas sangat penting. Misalnya, mengerjakan proyek bisnis.
Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen tersebut meliputi:
sebuah. Ketika arsitek berencana untuk membangun gedung pencakar langit kantor, penting pada tahap desain aspek mana yang sesuai dengan tujuannya, bagaimana situasi lingkungan, apakah merusak keindahan atau bahkan merusak lingkungan. Yang diketahui hanyalah bahwa estetika desain harus didasarkan pada strategi bisnis perusahaan dan pertimbangan lingkungan.
b. Fase organisasi (Organization), pada fase ini terjadi komunikasi antara manajer dan manajer dengan bawahannya. Ketika terjadi interaksi, manajer harus memperlakukan bawahannya secara manusiawi. Misalnya, seorang manajer menyapa karyawan dengan hangat untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis dan menyenangkan. Manajer juga ingin mendengar pandangan bawahan mereka dan menanggapinya secara positif.
Berkenaan dengan fase aktivasi (implementasi), ketika sebuah perusahaan ingin memperoleh keunggulan bersaing, salah satu unsur yang ingin dicapai adalah loyalitas pelanggan. Untuk alasan ini, perusahaan harus dapat menawarkan produk dan layanan dengan kualitas yang lebih baik kepada konsumen. Dalam hal pengembangan nilai, jembatan emosional sedang dibangun antara perusahaan dan konsumen. Bentuk bertanggung jawab atas kualitas, estetika tinggi, layanan yang ramah dan cepat, dan konsumen selalu diperlakukan dengan kepercayaan dan kenyamanan. Sebagai imbalannya, konsumen akan membeli kembali produk perusahaan secara wajar.
D. Tahap pengendalian (supervisi), dimana pengawasan merupakan tindakan manajer untuk mengevaluasi dan mengendalikan kemajuan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan pengawasan adalah untuk memperbaiki kesalahan, pelanggaran, pelanggaran dan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan rencana. Misalnya, jika ada bawahan yang melakukan kesalahan, manajer menegurnya dengan baik, tanpa emosi dan dengan kemanusiaan. Agar bawahan tidak mengalami ketakutan dan depresi sehingga dapat memperbaiki kesalahannya.
E. TINDAKAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN POLITIK
Sosial dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti ilmu relatif atau tentang masyarakat. Sedangkan politik adalah ilmu tentang pengelolaan negara sebagai sistem pengelolaan dan dasar pengelolaannya. Politik selalu menjadi tujuan masyarakat secara keseluruhan, bukan tujuan individu. Oleh karena itu, aspek aksiologis kehidupan sosial politik merupakan aturan nilai yang harus diperhatikan dalam penerapan praktis ilmu sosial politik. Dalam ilmu yang berkembang secara bertahap, pertukaran informasi antar manusia selalu merupakan permainan toleransi (Susanto, 2016: 118). Hal ini berlaku untuk ilmu eksakta, juga untuk bahasa, untuk ilmu sosial, untuk agama atau untuk politik, bahkan untuk pemikiran apa pun yang bisa menjadi dogma.
Jujun Suryasumantri dalam Syamsir Torang (2014) berpendapat bahwa ilmu harus digunakan, digunakan dan diterapkan untuk kemaslahatan umat. Ilmu pengetahuan juga dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan tetap menghormati alam dan martabat manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dikembangkan untuk kemaslahatan umat harus digunakan atau diterapkan secara kolektif dan universal. амунальны азначае а аснасць, а ерсальны азначае, о е ае анахальнага ,ідык
алітычныя е авукі
- авука алітыка адтрымліваюць адна адну. авука - , а алітычная ада - артаўнік. о еабгрунтаванае, асуджана а агібель, а ое, о е ахоўваецца, асуджана а агібель. акім ам, алітычная ада 'яўляецца ентам абароны, азвіцця алізацыаі еда. (Syamsir Torang, 2014: 109). адамі аксіялогіі амадска-палітычным 'яўляюцца:
1. осіны абавязкі авукоўцаў (Латыф ар, 2014)
Навука - ээта паца вчонага, якая, к а яна адministra Таму навукоўцы нясуць вялікую адказнасць не толькі таму, што яны з'яўляюцца грамадзянамі супольнасці, але і таму, што яны нясуць адказнасць за вынікі сваіх даследаванняў, каб супольнасць не выкарыстоўвала іх не па прызначэнні . акім ам, оны, аважаны алавек, авінен ець аім аналізам айсці ашэнне абл. авукоўцы амадскі абавязак аць амадскасці авільныя ерспектывы, , обрыя , аб ожна о айсці аб'ектыўнае ашэнне. еравагі онага ага ажлівага азважання одзяць о а ацыяльнай адсяць.
" Яны не дазволяць выкарыстоўваць вынікі сваіх даследаванняў і адкрыццяў для прыгнёту іншых народаў, нават калі гэта будзе выкарыстоўвацца іх уласным народам. Гісторыя зафіксавала, што навукоўцы паўставалі і выступалі супраць палітыкі і кіруючых урадаў, якія, на іх думку, парушылі прынцыпы чалавечнасці. Веды - ээта сè, якой можна зло жыжыц, таму навуко цы гè Прымяненне ведаў, атрыманых навукоўцамі, у форме тэхналогіі або тэорыі эмансіпацыі і г.д., павінна ўлічваць чалавечыя каштоўнасці, рэлігійныя каштоўнасці, звычаевыя каштоўнасці і г.д.
апрыклад: оля авукоўцаў ашэнні алагічных ацыякультурных аблем амадстве
енат ерсітэта аяна астанавіў, о емагчыма ацягваць ан анструкцыіі аліва еноа. а адбылося асля аго, а агляду Unud авяла агляд асля агляду аў аследавання ад аследчыкаў а аследаванняў аўнай (LPPM Unud). а овах . а аquisiti анцлера а, аект аны еы e 9 9 9 9 9 9 . (www.antarabali.com). ак аў адыход алагічнага а 10 апада а адмовы ад апановы аргананзатарараў анадекадекедекедекедекед
2. акрат
а ачэнні, акрат - а а, ая ае ад аім антролем авыкі, аснаваныя а авуковых ах, адначасова еаа . , ацца анезійскімі акратамі, аюць: оэдзіёна, ахлана ана, аны . од акратаў е адвойная , а енавіта:
saya)
ii) актыкі, акраты азглядаюць авуку аваную ейнасць ення еяння аалізу актаў ай апановы ашэнняў, алі а еабходн.
3. анкасіла аснова оліса
амадскім озныя алітычныя огляды. адатковая алітыка, ародная алітыка, ацыянальная алітыка, овая алітыка . "Таму ажна азумець аштоўнасці, алітычнымі аводзінамі.
Па fornitore аыыые стэээч р о ў ў ыыыычасц лагаль пых пр пк.. Эрыка і Дэва (2014) сцвярджаюць, што развіццё характару легальных прадуктаў, поўных нацыянальных каштоўнасцей асобы, заснаваных на панкасіле, з'яўляецца адной з характарыстык, якія можна вылучыць як незалежную асабістую асць ерай орцу авагай а алавечых аштоўнасцей. - Такім чынам, юрыдычныя працэдуры павінны ўключаць прававое развіццё ў форме рэформаў законаў і правілаў, прасоўвання дзяржаўнага апарату і грамадства, а таксама законаў структурных, культурных і асноўных, а таксама гарантыі павагі і павагі да правоў чалавека для кожнага грамадзяніна, як сказана ў Канстытуцыі.
F
аводле Susanto (2011) е «Філасофія авукі», Latif M (2014:231) ажа, о е асноўныя атэгорыі аксіялогіі: а-першае, аб'ектывізм, а енавіта ацэнка ану аанага. semua. а-другое, 'ектывізм, 'яўляецца ацэнкай агосьці, о ацэньвае емент аыіі (). а о а атырох адыходаў, а енавіта ай орыі аштоўнасці, орыі ацыянальнай аштоўнасці, авуковай орыі аштотэасці . Тэорыя інтуітыўнай каштоўнасці і тэорыя рацыянальнай каштоўнасці заснаваныя на падыходзе аб'ектыўнасці, у той час як тэорыя натуральнай каштоўнасці і тэорыя эмацыйнай каштоўнасці заснаваны на падыходзе суб'ектыўнасці (Latif M, 2014: 231).
ke. ая орыя аштоўнасці
одна ай орыяй, ельмі а, алі е емагчыма, ачыць абсалютны абор ашцеўн. о е абсалютны анон аштоўнасцяў аб'ектыўным арадку. аштоўнасці аходзяць , аму о е андартны аральны арадак. аюць, о аштоўнасць е абор аб'ектаў або авана адносіны аміж аб'ектамі о апраўдн аштоўнасцалан о алавек е едамляе аштоўнасці аз ацэс, абавязаны аць ае альныя або амадскія аводзіны адпававасці
. ацыянальная орыя ошту
одна ай орыяй, е ерце аб'ектыўныя а езалежныя ад алавека аштоўнасці, алі аштоўнасці 'яўляюцца а алаве. ой акт, о осьці обіць ешта авільна, алі а ведае, о а авільна, апрыкльна. B. ой акт, о олькі або айныя обяць о-небудзь аць ожай олі абнея. ак озумам або оляй ога, абсалютна аб'ектыўнымі аштоўнасцямі, авінвоны апаці ..
аць атуральнай орыі аштоўнасці (натуралістычная орыя аштоўнасці)
оодна ай орыы, ашшшш араецц аз атрэбам адад ida, аыы. аштоўнасці - а ацыяльныя адукты, алавечыя артэфакты, араюцца, арыстоўваюцца авяраюцца асобнымі амадствам авання аводзінав. - аштоўнасці осяць 'ектыўны арактар, алежаць ад ану алавека.
D. ацыйная орыя аштоўнасці
Калі тры папярэднія школы вызначаюць паняцце каштоўнасці з яе кагнітыўным статусам, то гэтая тэорыя мяркуе, што маральна-этычныя паняцці не з'яўляюцца фактычнымі рашэннямі, а толькі выразам эмоцый і паводзін. Каштоўнасць - гэта не што іншае, як меркаванне, якое немагчыма праверыць, хоць і прызнаецца, што даследаванні з'яўляюцца важнай часткай чалавечай дзейнасці.
У Энцыклапедыі філасофіі Explained аксіялогія прыраўноўваецца да каштоўнасці і ацэнкі. Ёсць тры формы значэння і ацэнкі (Прыказкі B, 2004:164).
а. Значэнне выкарыстоўваецца як абстрактнае імя. У больш вузкім сэнсе як добры, цікавы і добры. Аднак у больш шырокім сэнсе яно ахоплівае ўсе формы абавязку, праўды і святасці. Выкарыстанне больш шырокага значэння ахоплівае разнастайную крытыку або прэдыкатывы за і супраць у адрозненне ад чагосьці іншага і адрознага ад фактаў. Тэорыя каштоўнасцяў або аксіялогія з'яўляецца часткай этыкі. Люіс згадвае каштоўнасць як інструмент для дасягнення некалькіх мэтаў, такіх як: напрыклад, інструментальнае значэнне, добрае або нешта цікавае, напрыклад, B. неад'емная каштоўнасць або дабро, напр. Б. эстэтыка мастацкага твора, ж. Б. унутраная каштоўнасць або дабро само па сабе, або як спрыяльная каштоўнасць або каштоўнасць, якая з'яўляецца спрыяльным вопытам.
б. Значэнне як канкрэтная назва. Напрыклад, калі мы гаворым пра каштоўнасці, гэта часта выкарыстоўваецца для абазначэння чагосьці каштоўнага. Затым ён выкарыстоўваецца для таго, што мае каштоўнасць, у адрозненне ад таго, што не лічыцца добрым.
супраць La valeur est également utilisée comme verbe dans les expressions évaluer, évaluer et évaluer. Juger est généralement synonyme d'evaluation lorsqu'il est activement utilisé pour Juger des actions. Дьюі адрознівае propos de Juger, il signifie apprécier et évaluer.
Selon Budidarjo (2011) у Syamsir Torang (2014:112) les organizational values doivent être socialisées et cultivées afin qu'elles soient facilement acceptées par ses membres. An organization de qualité doit avoir sept valeurs, à savoir l'intégrité, le professionnalisme, l'orientation client, l'innovation, l'apprentissage, le travail d'équipe et l'excellence du service. Budidarjo dans Syamsir Torang (2014 : 111-114) déclare qu'il existe huit valeurs centrales de la culture organisationnelle, notamment :
1. Clients
L'organisation est orientée vers les valeurs de satisfaction client, d'orientation client, d'orientation client, de valeur client et d'empathie pour les clients.
2. Service et qualité
Les services fournis par l'organisation sont orientés vers des valeurs : sens du service orienté service, service d'excellence et de qualité.
3. Orientation de groupe
Les groupes dans les organisations ne peuvent être ignorés, c'est pourquoi les organisations doivent être orientées vers les valeurs de groupe : travail d'équipe, axé sur les personnes, respect des autres, coopération et collaboration.
4. Orientation humaine
Les organisations doivent également porter attention à leurs ressources humaines qui sont orientées vers des valeurs : engagement pour le développement humain, bienveillance, développement des employés, humanisme, responsabilisation et développement des personnes.
5. Innovant
Les valeurs innovantes qui doivent appartenir à l'organisation sont : l'amélioration continue, la créativité, la poursuite continue de l'excellence, la connaissance, l'intégrité technobasique, l'esprit de champion et la compétitivité.
6. Stratégique
Le succès de l'organisation est largement déterminé par les stratégies utilisées pour atteindre ses objectifs. Les valeurs stratégiques que doit posséder l'organisation sont : alliance stratégique, bon leadership, apprentissage continu, réseautage, professionnalisme, axé sur la performance, excellent professionnel, gagner ensemble, visionnaire et classe mondiale.
7. Réalisations
L'accomplissement est l'espoir de l'organisation, donc les valeurs d'accomplissement qui doivent appartenir à l'organisation sont : réalisation, adaptes, agilité, bienveillance, personnes compétentes, confiance, dévouement, discipline, travailleur, fiable, initiative, ouverture, persévérance, responsable, viser l'excellence et la synergie.
8. Morale ou éthique
Nilai – nilai moral atau etika merupakan nilai yang sangat signifikan yang harus dimiliki organisasi, antara lain: etical, good attitude, fairness, honesty, humanism, peace of main, social responsibility, trust dan equality.
Dalam fungsi – fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling, seluruh bentuk nilai sangat bermanfaat untuk setiap keputusan yang akan dibuat dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dalam kaitannya dengan manajemen, bagamaimana seorang manajer merencanakan suatu kegiatan kemudian pengorganisasian rencana – rencana tersebut, mengimplementasikan rencana dan yang terakhir melakukan pengawasan sehingga serangkaian fungsi manajemen tersebut dapat memberi nilai pada perusahaan.
Komentar
Posting Komentar